Reuni Mujahid 212 menemukan banyak evaluasi positif dari bermacam golongan, bukan lain dari Kabid Pelampiasan Hak Anak Badan Proteksi Anak Indonesia.
“ Bersih”,“ teratur”,“ tenteram”,“ guyub”. Disebutnya bagaikan tutur kunci yang memberi warna Reuni 212.
“ Seperti itu perkata kunci yang melukiskan Reuni 212. Sangat ialah pertandingan keadaban multi tahun yang membanggakan serta mengharukan,” ucap Ahli Ilmu jiwa Ilmu mayat.
Apabila diperhatikan lagi lebih dalam, Reza memperhitungkan kalau dalam detik kebersamaan semacam seperti itu beraneka ragam angka dari pembelajaran kepribadian yang bisa ditanamkan buat kanak- kanak.
“ Alhamdulillah. Dikala ruang dialog objektif hiruk- pikuk mengenai kesimpulan pembelajaran kepribadian, Reuni 212 kembali jadi ruang khalayak yang menghidupkan kurikulum pembelajaran itu dengan sahaja.
Kanak- kanak langsung berlatih terpaut kesukaan pada Tanah Air serta ketakwaan pada Si Khalik dari guru asli, ialah papa ibu, mereka. Dengan didampingi oleh pembimbing serta peer, yang mrupakan abang- kakak serta kawan mereka,” terangnya.
Hingga dari itu, laki- laki yang amat hirau dengan permasalahan anak ini pula mendesak biar para guru di sekolah mengajak murid- muridnya dalam memantulkan Reuni 212 dalam penataran.
Alangkah indahnya, tutur ia, guru- guru di sekolah mengajak kanak- kanak berefleksi hal keterlibatannya pada Reuni 212.“ Pasti banyak perihal yang bisa dikenang serta dibagikan mengenai pengetahuan mereka di hajatan kebangsaan itu.”
“ Ini arketipe hal gimana pembelajaran kepribadian ataupun tempaan adab dibentuk. Seluruh alat dilibatkan,” seraya menarangkan.
Reza melandasi uraiannya itu dari apa yang dipentingkan oleh Bung Karno dalam salah satu pidatonya.
“ Bung Karno berpidato hal berkarakter di alun- alun kultur puluhan tahun kemudian. Serta pula alangkah berambisinya Indonesia memiliki Monas bagaikan ikon kekayaan jiwa merdeka.
Tentu ia besar hati diri serta ambil komponen dalam kegiatan dahsyat di Monas 212 seandainya apabila beliau lagi hidup hari ini,” ucapnya.